Swift

Lawang Sewu di Semarang


Lawang Sewu atau dalam bahasa Indonesia Pintu Seribu adalah Gedung megah yang dibangun di Era penjajahan Belanda.Yang sekarang ini menjadi salah satu Obyek Wisata kota Semarang. Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atauNederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.

Lawang Sewu, gedung seribu pintu dengan berbagai cerita mistis yang melatarinya adalah  bekas kantor pusat Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, jawatan kereta api Belanda yang beroperasi di Semarang.  Dirancang oleh Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam pada tahun 1903, pembangunan gedung ini dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada 01 Juli 1907.   Gedung ini pun menjadi saksi bisu perjalanan perjuangan bangsa ini dalam meraih kemerdekaannya.  Bila dimasa penjajahan Belanda gedung ini difungsikan sebagai kantor pusat jawatan kereta api, maka ketika Jepang menduduki Republik ini di tahun 1940-an gedung ini diperuntukkan sebagai markas Kempetai, Polisi Militer Jepang yang terkenal sadis dan kejam,  serta Kidobutai, tentara kerajaan Jepang.  Gedung ini pun tercatat sebagai lokasi pertempuran hebat selama 5 hari antara Angkatan Muda Kereta Api (AMKA), BKR, AMRI dan beberapa organisasi kepemudaan lainnya dengan Kempetai dan Kidobutai yang dimulai pada 15 Oktober 1945 untuk melucuti tentara Jepang yang telah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.   Setelah kemerdekaan gedung ini dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia, lalu Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer dan Kantor Wilayah Kementerian Perhubungan.  Saat ini Lawang Sewu sedang direnovasi dan direvitalisasi oleh Unit Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI.  Beberapa ruangan bahkan telah difungsikan sebagai ruang peraga museum kereta api.



Seputaran Tugu Muda Semarang malam itu terlihat ramai. Muda-mudi saling bercengkerama, bercanda-canda, sementara yang lain sibuk mengabadikan momen dengan kamera yang dibawanya. Di seberang lingkaran Tugu Muda, terlihat jelas terlihat bangunan klasik ala Belanda yang dibangun pada tahun 1904. Masyarakat sekitar biasa menyebut bangunan itu Lawang Sewu.
Lawang Sewu yang bermakna pintu seribu adalah nama lain dari Het Hoofdkantoor van de Netherlandsch-Indische Spoorweg Maatscappij (NIS), yaitu kantor pusat NIS. NIS merupakan perusahaan kereta api swasta masa Pemerintahan Hindia Belanda yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia.
Saat itu, NIS membangun jalur kereta yang menghubungkan Semarang dengan 'Vorstenlanden' yaitu Surakarta dan Yogyakarta dengan jalur pertamanya Semarang-Tanggung di tahun 1867.
Sempat menjadi markas TNI, kini Lawang Sewu menjadi salah satu wisata sejarah di Kota Semarang di bawah pengelolaan PT KAI.
Memasuki lantai pertama, pengunjung akan menjumpai beberapa ruangan yang berisi dokumentasi sejarah panjang perkeretaapian Indonesia. Sementara di ruangan lain, terdapat dokumentasi mengenai sejarah gedung yang menyimpan begitu banyak jejak rekam pembangunan kantor NIS tersebut.
Begitu tiba di lorong Lawang Sewu, pengunjung seperti dibawa ke dalam ruang  penuh pintu. Setiap ruang sengaja dibuat memiliki pintu yang sejajar dan berfungsi sebagai akses penghubung dengan ruang lainnya.
Di sudut lantai pertama, pengunjung akan menemukan sebuah tangga menurun yang merupakan pintu menuju ruang penjara bawah tanah. "Satu bilik penjara hanya berukuran 2x2 meter ini harus dimuat 6 orang narapidana, nanti di ruangan lain ada tempat eksekusi narapidana," begitu cerita seorang pemandu yang bertugas di Lawang Sewu. Selain berfungsi sebagai penjara, uap dari ruang bawah tanah tersebut juga berguna untuk pendingin ruang di atasnya.
Sementara di lantai dua, pengunjung akan menemukan ruangan yang tidak jauh berbeda dengan lantai sebelumnya. Tapi, ada satu hal yang membedakan. Kaca jendela di lantai dua dibuat terbalik. Usut punya usut ternyata kaca jendela sengaja dibuat terbalik untuk menghindari air hujan agar tidak masuk. Di lantai dua, juga terdapat aula besar yang dahulu digunakan sebagai tempat perayaan atau pesta. Di salah satu sudut lantai ini pun masih terpasang wastafel asli yang sudah ada saat pertama gedung tersebut dibangun.
Memasuki lantai tiga, pengunjung akan menjumpai satu ruangan besar berjendela yang dahulu dijadikan tempat berolahraga bagi pegawai kantor NIS. Aula olahraga ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, salah satunya toilet. Dari lantai tiga ini juga pengunjung dapat menyaksikan pemandangan seputar Tugu Muda Semarang.

Ada satu yang cukup menarik perhatian bila Anda berkunjung ke Lawang Sewu pada malam hari. Anda akan melihat sekawanan kelelawar yang berterbangan dan hinggap di atap gedung yang penuh misteri ini

You Might Also Like

0 comments